Halo semua
Saya bersyukur telah mendapatkan sebuah pengalaman yang berharga, menjadi asisten praktikum mikrobiologi dasar. Banyak yang tak menduga saya bisa jadi asisten, mulai dari kakak angkatan hingga adek angkatan. Yah, gara-garanya sih simpel, saya itu celelekan, hehehe. Saya beruntung menjadi salah satu dari 8 asisten dan telah mengalahkan sekitar 40 mahasiswa yang mendaftar seleksi.
Sistem praktikum mikrobiologi dasar itu setiap asisten memegang 2 kelompok besar yang mana nanti dipecah menjadi 4 kelompok kecil dan membimbing kelompok tersebut mulai dari acara 1 hingga selesai. Jadi deh, saya harus menguasai semua acara yang ada di praktikum ini (mumet masbro). Kelompok yang saya pegang itu kelompok B5 dan B6 untuk gelombang 1 dan C1 dan C2 untuk gelombang 2.
Terdapat kesamaan antara kelompok gelombang 1 dan kelompok gelombang 2, yaitu sama-sama tiap 1 kelompok terdiri dari 2 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Sifat laki-lakinya pun mirip, ada yang kelihatan niat dan dari mukanya pintar dan ada yang celelekan tapi waktu praktikum aktif. Hampir bisa dipastikan, kelompok yang saya pegang itu mempunyai sifat yang sama.
Perbedaannya adalah bila kelompok gelombang 1 itu sifatnya manutan dan kelompok gelombang 2 itu rempong dan berjiwa pemberontak. Waktu saya membimbing kelompom gelombang 1 itu semua berjalan lancar dan tak ada masalah, seperti di pintu surga kalau saya sebut, walaupun tak ada pemandangan yang bisa dinikmati dan itu berlaku juga untuk yang kelompok 2, hahaha. Nah, saat hendak membuka pintu surga itu, tiba-tiba saja saya seperti berada di pintu neraka, menghadapi kenyataan harus membimbing kelompok gelombang 2. Haduh, mumet masbro. Ya, kelompok gelombang itu berbeda sekali dengan kelompok sebelumnya. Contohnya, yang perempuan bukannya praktikum, malah nggosip, trus cerewetnya minta ampun, lebay, dan sebagainya. Mungkin karena mereka itu perempuan ya, jadi seperti itu.
Pernah suatu ketika, saat itu hari kamis atau rabu, saya memberikan waktu pengumpulan untuk acara 9 hari senin. Namun, karena ada suatu kendala dan saya ingin me;lihat keniatan mereka, esoknya saya meminta mereka untuk mengumpulkan laporana acara 9 hari jumat. Padahal di hari jumat, mereka harus mengumpulkan 3 laporan praktikum, jadi deh 4 laporan praktikum. Penderitaan mereka bertambah karena hari jumat mereka ada UTS. Hahaha, mesakke cah.
Yah, secara keseluruhan dari apa yang saya lihat, semua anak-anak yang saya bombing itu pada niat dan berusaha, walaupun ada keluh kesah juga, namun itu saya anggap biasa saja dan sebagai angin lalu. Ini bisa membuktikan bahwasannya mereka memang niat dan bertanggung jawab di praktikum ini dan semoga hasil yang didapat sesuai dengan pengorbanan kalian. Yah, saya hanya bisa berdoa semoga kalian semua mendapatkan hasil yang memuaskan, minimal sesuai dengan usaha dan pengorbanan kalian, serta semoga kalian menjadi lebih kuat untuk ke depannya. Terimakasih untuk beberapa hari tersebut, semoga berjumpa kembali.
yeh, mau lihat harlem shake yang pertama di kampus FTP? yang pertama loh broooooo (wlaupun ngepostnya telat jauh sih) cekidot yoookkkk :)


juooooooooooooosssssssssssssssssss nggggakkkkkk?


Hari ini, Selasa 28 Mei 2013, aku bangun jam 08.19 WIB. Padahal ada kuliah jam 09.00 WIB. Eh, bukannya langsung bergegas ke kamar mandi untuk mandi, aku justru melihat keadaan rumah sambil memasang muka bloon dan setelah itu masak. Padahal sudah ada makanan, aku justru masak lagi untuk sarapan. Yah, soalnya nggak selera sih sama masakan yang ada. Jam sudah menunjukkan waktu 08.30 WIB, aku justru baru mulai makan dengan santainya, seakan nggak memikirkan waktu kuliah yang sudah mepet, hehehe.
Jam 08.40 WIB, aku mulai mandi dan setelah itu bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Di perjalanan, aku ngebut sejadi-jadinya, karena dikejar waktu. Jam 09.15 WIB, aku sudah sampai kampus. Bukannya langsung masuk kelas, aku justru mendekati dan berbincang-bincang dengan dua orang temanku di depan kelas. Ya, mereka juga sama kayak aku, sama-sama telat dan takut masuk kelas.
Aku melihat ke dalam kelas melauli jendela kaca pintu kelas.
Busyet, dosennya sandaran di pintu, ngapain coba? Niat amat?
Ku urungkan niatku untuk masuk kelas dan melihat keadaan sekitar (takut dimarahi soalnya, hehehe). Akhirnya ada temanku yang keluar dan kuberanikan masuk kelas.
Saat sudah membuka pintu yang amat tersa berat untuk dibuka itu, langsung saja dengan cepat secepat kilat, dosen tersebut melihat aku dan mendatangiku sambil bertanya
Dari mana kamu?!”
Aku diam, memasang muka tak mengerti.
Baru masuk ya kamu?!”, tanya tu dosen lagi.
Aku diam lagi, masih memasang muka tak mengerti.
Iya Pak”, jawabku lirih dengan senyuman mengembang.
Kamu lihat jam berapa sekarang?!”, sambil dosen tersebut menunjuk jam tangannya.
Sontak kulihat jam dinding yang berada di dekatku, lalu kuarahkan kepalaku ke tangan dosen tersebut dan kupicingkan mataku untuk melihat angka yang ditunjukkan jarum jam di jam tangan dosen tersebut. Karena nggak kelihatan, langsung kulihat jam di tanganku agar lebih jelas. Ku angkat kepalaku dan memasang muka cengengesan dan berkata sambil tertawa kecil,
Engg, jam 9 lewat 20 Pak”
Sudah masuk sana!”, perintah sang dosen sambil tangannya menunjuk ke ruang kelas dan keplanya di gerakkan sedikit.
Kulihat muka dosen tersebut saat mempersilahkan masuk. Wajahnya memendam amarah yang besar dan tentunya cemberut mukanya.
Untung boleh masuk, kukira waktu ditanyain jam berapa sekarang, aku nggak boleh masuk.
Huft, untung boleh masuk, belum presentasi soalnya.
Ya, hari ini hari terkahir untuk presentasi dan aku belum presentasi, berabe kan ntar jadinya kalau nggak presentasi? Haha. Yah, selain presentasi, aku juga mengincar tanda tangan. Kan sekarang tugas mahasiswa bukan hanya mnyerap ilmu yang diberikan dosen, juga memenuhi lembar tanda tangan kehadiran, hehe. Yang lebih bikin gonduk, waktu selesai di marahi sama tu dosen dan aku boleh masuk, kedua temanku yang di depan tadi, tiba-tiba nyelonong masuk. Wah, wah, kalo ini waah…..
Tapi gapapa sih, kalau nggak ada yang memulai, siapa lagi yang mau membuka jalan? Iya nggak?

semunya
topeng
topeng
topeng
topeng
topeng
topeng
topeng
topeng

ya, hanya ada topeng
yang tersebar dimana-mana

berjalan,
berlari,
berhenti,
berbicara,

ya, hanya ada topeng di dunia ini
topeng
bermacam-macam topeng yang digunakan

Fuh, sulitnya mencari karya Pramoedya Ananta Toer di zaman sekarang.
Entah mengapa saya suka akan karya-karya dari Pramoedya Ananta Toer. Buku pertama yang saya beli adalah “Bumi Manusia”, buku pertama dari tetralogy Pulau Buru. Setelah terbaca “Bumi Manusia”, terbesit keinginan untuk mengoleksi semua karya Pramoedya Ananta Toer. Keinginan itu terealisasikan setelah dua tahun lamanya semenjak saya membeli “Bumi Manusia”. Yah, kendala yang paling besar adalah masalah dana, karena orang tua saya ketat sekali dalam hal membeli buku yang jenisnya non akademis.
Dua tahun berselang, saya ingin membeli “Anak Semua Bangsa”, buku ke-dua dari tetralogy pulau buru. Setelah mempunyai uang sendiri tentunya. Namun saat hendak membeli di took buku, “Anak Ssemua Bangsa” kosong. Saya pun mencari di hampir seluruh took buku yang ada di Yogyakarta, mulai dari took buku besar hingga yang di emperan took pinggir jalan. Dan mungkin saya kurang beruntung, semuanya kosong atau tidak ada. Setelah itu, terbesit keinginan untuk membeli semua karya Pramoedya Ananta Toer, tapi lagi-lagi semuanya kosong. Adanya hanya buku bajakan.
Dalam hal ini, saya sedikit anti untuk membeli buku bajakan. Eman-eman dan tidak etis saja menurut saya untuk membeli buku bajakan, walaupun harga yang ditawarkan berada jauh di bawah harga buku asli, karya-karya penulis besar dan tersohor kepunyaan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer.
ini adalah karya-karya yang saya miliki, semuanya asli loh :) :






 

atas rumah, 28 Mei 2013

cipta swastika
aku dan Kamu
kita dua hal yang berbeda
namun saling membutuhkan
aku membutuhkan Kamu
Kamu butuh aku, setidaknya

namun
aku tak memahami apa yang Kamu kehendaki
Kamu justru memahami apa yang aku kehendaki

aku adalah aku
Kamu adalah Tuhan
aku dan kamu
kita hidup di dunia hanya berdua
tak ada yang lain

aku dan kamu
kita saling melengkapi
aku melengkapi kamu
kamu melengkapi aku

aku dan kamu
kita saling membutuhkan
aku membutuhkan kamu
kamu membutuhkan aku

aku dan kamu
kita terikat satu sama lain
aku terikat kamu
kamu juga terikat aku

aku mati
maka kamu mati juga
kamu mati
aku pun juga mati

aku adalah jiwa
kamu adalah raga
kita dua sisi yang satu
satu di dalam sebuah nama
"Cipta Swastika"
AKU

KARYA

AYAH

DAN 

IBUKU

:))

Ibu saya bernama Tri Agus Listiani, berumur sekitar 43 tahun, lulusan dari fakultas pendidikan kimia UNY, bekerja di perusahaan obat ternama luar negeri, lahir di Purworejo, 17 Agustus 2013. Saat masyarakat Indonesia merayakan hari jadinya, maka mereka juga merayakan hari jadi ibu saya. Selalu, perayaan hari jadi beliau dirayakan dengan megah dan seluruh elemen masyarakat bergembira.
Ibu saya mempunyai badan kurus dan pendek, rambut bergelombang, hidung tidak mancung, dan berkulit putih. Kata beliau, dulu beliau itu primadona waktu muda, banyak lelaki memperebutkan beliau, tapi saya sih tidak percaya akan omongan itu, hahaha.
Kata beliau, dulu saya dilahirkan secara normal di sebuah rumah sakit kecil di Kutoarjo. Saya lahir waktu subuh, lama sekali saya keluar. Waktu beliau berkontraksi, langsung ayah saya memanggil becak dan mengantarkan beliau ke rumah sakit kecil tersebut. Jarak yang ditempuh pun jauh, sekitar 15 kilometer. Perjalanan semakin berat karena waktu itu malam hari dan pada waktu itu dan sampai sekarang, jalan yang ditempuh tidak ada lampu dan hanya penenrangan seadanya. Yah, dulu, rumah yang beliau dan ayah saya tempati berada jauh dari gemerlapnya kota, hanya di sebuah desa yang bila hendak menuju kesana harus lewat jalan di pematang sawah.
Waktu saya hendak dari Rahim ibu, waktunya itu lama sekali. Otomatis penderitaan beliau juga lama. Beliau berjuang dengan kematian agar saya dapat merasakan sejuknya udara di pagi hari dan melihat indahnya dunia.
Sedari masih kecil, saya dikenalkan dengan rasa prihatin oleh orang tua saya. Pernah dulu, saya dititipkan kepada simbah saya dan ber-TK di Kutoarjo. Waktu liburan, saya kembali ke pelukan ibu saya dan waktu pulang saya menagis sejadi-jadinya. Saya tak mau berpisah dengan beliau. Setiap saya pulang, selalu ibu saya menemani saya dan simbah saya naik bis kota hingga tempat tertentu. Pernah saya menangis di bis kota karena beliau turun dari bis kota, saya menangis keras sekali, tapi karena masih kecil, saya tidak merasa malu. Alasan beliau menitipkan saya adalah beliau banting tulang di Jakarta untuk menghidupi saya. Waktu itu zaman krisi moneter. Beliau bekerja di salah satu perusahaan obat dalam negeri yang syarat masuknya harus belum menikah. Karena kebutuhan yang saat itu mendesak, beliau rela berbohong dan menulis belum menikah.
Waktu kecil, saya pernah tiga kali menginap di rumah sakit. Dua kali kena demam berdarah dan sekali mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan tulang kaki saya retak. Waktu sakit inilah, beliau dengan sabar merawat saya, memilihkan obat yang cocok agar saya cepat sembuh, dan menemani saya tidur di rumah sakit. Saya ingat, waktu itu saya tidak mau makan dan dengan sabar beliau menasihati saya agar mau makan sambil menyuapi saya.
Waktu kecil, sebelum dititipkan, saya sering sekali disuapi beliau dan bila tidur selalu bersama beliau. Bila beliau tidak ada di samping saya sewaktu saya banging, saya pun menangis. Setiap hendak tidur, saya mempunyai sebuah ritual, yaitu memegang pipi beliau. Dulu, mandipun saya dimandiin hingga bersih, padahal beliau capek sehabis bekerja. Setiap malam saya tak bisa merasakn kehangatan beliau, karena beliau kerja siang dan malam. Bila malam, beliau bekerja dari jam 7 malam hingga jam 9 malam.
Memasuki masa SD, karena SD saya mengaharuskan bahwa jam setengah 7 harus sudah sampai di sekolah, dengan lembut beliau membangunkan saya dan menyiapkan baju serta sarapan. Sarapan pun seadanya, paling sering beliau membuatkan telur dadar atau telor ceplok, namun saya jarang mengeluh, karena sarapan itu beliau sajikan dengan kasih sayang. Dari kelas 1 SD hingga kelas 6 SD, saya sama sekali tidak bisa memakai dasi, dan beliau lah yang memakaikan dasi saya.
Memasuki masa SMP, masa pemberontakan saya, hubungan saya dengan keluarga renggang. Waktu itu beliau melihat ada bungkus rokok di rumah saya. Karena itu, hampir tiap malam beliau cekcok dengan ayah saya. Hanya ulah kenakalan saya beliau memperjuangkan saya di mata ayah saya. Beliau jugalah yang menasihati saya dengan lembut. Bila ada masalah berat yang melanda saya, saya ceritakan kepada beliau. Awalnya beliau sedikit marah, namun menasihati saya dengan lembut dan akhirnya membantu saya.
Kerenggangan hubungan saya dengan keluarga saya sampai puncaknya waktu SMA. pernah beliau meneteskan air matanya atas kenakalan saya. Waktu itu ada masalah yang berat sekali dan ibu saya meminta saya menceritakan masalah itu. Karena beliau tak ingin kisah masa mudanya yang menyidahkan menimpa saya juga, beliau bercerita mengenai masa mudanya yang kelam dan menyedihkan. Di saat bercerita itulah, beliau menangis. Beliau menangis bersama saya di malam yang gelap itu.
Pagi-pagi betul, beliau sudah bangun untuk memasak dan mencuci baju, padahal malamnya beliau bekerja hingga larut malam. Beliau juga lah yang rela bangun malam-malam saat saya mengerang kesakitan karena kaki saya kram untuk memijati kaki saya. Beliau jugalah yang selama ini memberi saya uang jajan. Beliau jugalah yang waktu saya kecil membelikan saya mainan. Belau jugalah yang selalu mengambilkan raport saya dari SD hingga SMA. Beliau jugalah yang selalu menemani saya saat acara wisuda tau pelepasan murid ke orang tua saat SMP dan SMA. Bahakn beliau jugalah yang memakaikan saya baju adat jawa. Beliau jugalah yang selalu menunggu saya pulang ke rumah, walaupun itu sudah dini hari. Waktu pulang di atas jam 1 pagi dan membuka pintu rumah, saya melihat beliau menonton tv dan menahan kantuk. Waktu beliau sudah melihat saya pulang dalam keadaan sehat, beliau langsung masuk kamar dan langsung menikmati mimpi indahnya.
Banyak sekali hal-hal yang beliau berikan kepada saya hingga saya menjadi seperti sekarang ini. hal-hal yang saya tulis di atas hanyalah sebagian kecil dari kasih sayang beliau kepada saya. Sebagai seorang anak, saya takkan bisa membalas semua kasih sayang yang beliau berikan. Hanya permintaan maaf saja yang selalu keluar, tindakan saya pun tak pernah membahagiakan beliau dan saya selalu meminta maaf. Selama itu pula, permintaan maaf saya serasa tak cukup untuk mengobati sakit hati beliau kepada saya. Saya hanya bisa berterima kasih atas semua yang telah ibu lakukan kepada saya dan sekali lagi saya memnita maaf karena belum bisa membahagiakan ibu.
Kasih saying ibu sungguh luar biasa sekali, namun hingga saat ini saya belum bisa membahagiakan ibu. Namun, satu yang pasti, saya ingin membahagiakan ibu dengan meraih kesuksessan hidup dan seluruh rasa terimakasih yang besar saya berikan kepada ibu, karena tanpa beliau saya tak bisa seperti sekarang ini. saya pun selalu berdoa kepada Tuhan, agar ibu selalu diberi umur panjang dan masih bisa melihat saya sukses.
Terimakasih ibu, jasamu selau kukenang di relung hati yang paling dalam. Engaku adalah wanita yang paling saya cintai di dunia ini. tak pernah terbayangkan, saya hidup tanpa anda. Terimakasih ibu.
Terimakasih ibu.
Terimakasih ibu.

Atas rumah, 24 Mei 2013

Cipta Swastika

Jam 13.00 wib, akhirnya responsi juga. Seperti biasanya, bila hendak response atau ujian-ujian, terdengar banyak sekali nyanyian-nyanyian mengenai materi yang akan di ujikan, seperti naynyian burung di pagi hari, sahut menyahut menjadi satu. Banyak mahasiswa duduk bergerombol di luar kelas yang akan dipakai untuk ujian. Mereka bernyanyi dengan riangnya, sekeras mungkin malah, agar nyanyiannya di dengar. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa yang rajin dan pintar, atau mahasiswa yang ingin mendapatkan nilai bagus, atau mahasiswa yang hanya ingin disebut bahwa dia pintar, atau mahasiswa apalah itu, tak tahu lah saya maksud dari itu semua, semuanya Nampak hanya memakai topeng berwarna-warni. Ah, hal ini sepertinya sudah menjadi budaya di daerahku, atau mungkin sudah sampai batasan Negara? Hal ini sudah berlangsung sangat lama, mulai dari zaman saya memakai baju putih merah hingga menjadi seorang mahasiswa, kelakuan ini tak ada yang berubah sama sekali dan itu turun menurun. Mungkin hal ini sudah mendarah daging di daerahku.
seperti ini suasananya
Ada juga sih, mahasiswa yang nyanyiannya berbeda dari kelompok mayoritas tersebut. Mahasiswa yang bernyanyi tentang kegundahannya akan materi yang belum ia kuasai, nyanyian mahasiswa yang seperti tertawa lepas dan justru bernyanyi tentang masalah lain, bukan tentang materi yang akan diujikan. Biasanya, jenis mahasiswa seperti ini adalah mahasiswa yang, maaf bila bahasa yang saya pakai kasar, prek-prekan dengan kuliah, atau bila dikatakan dengan bahasa lembut, ‘belum sadar’. Mereka hanya tersenyum dan tertawa lepas, seperti taka da beban. Mungkin bagi mereka, hari ini sama dengan hari-hari lainnya, taka da yang berbeda.
belajar dengan rajin
Beh, yah, kalau memang mereka ini, para mahasiswa yang gemar bernyanyi sebelum kuliah, beralasan mereka melakukan hal seperti itu untuk belajar dan berdiskusi , ya monggo belajar saja, saya juga tak menyebut itu salah, justru bagus kok. Mungkin bisa lebih diperbaiki lagi saja, bahwasannya benar apa kata orang tua, lebih baik kita mempersiapkan semuanya jauh sebelum hari itu datang. Jadi lebih baik belajar itu jauh sebelum hari ujian, agar nantinya kita siap lahir dan batin sebelum ujian. Jadi esok hari sebelum ujian kita sudah siap, dan 1 atau 2 jam sebelum ujian, janganlah kita pakai waktu itu untuk belajar, lebih baik kita pakai untuk melakukan sesuatu yang dapat merilekskan badan kita. Bukannya kalau belajar mepet-mepet itu, materi yang masuk ke kepala itu sedikit ya?
mahasiswa santai
Oke, kalian, para mahasiswa penyanyi itu beralasan, kita tidak punya waktu untuk belajar, karena ada tugas yang menumpuk, laporan praktikum yang banyak, kegiatan kampus, acara ini, atau acara itulah, aqtau apalah itu. Hal-hal yang kalian sebutkan tak bisa dijadikan alasan untuk belajar. Toh, dulu para pendiri bangsa ini tetap bisa belajar di bawah dentuman meriam, desingan peluru, dan bom-bom yang berjatuhan. Semangat mereka untuk belajar tak pernah luntur walau terus ditekan hingga Negara ini merdeka. Kalau hanya alasan yang seperti itu, namanya mah, omong kosong juga. Semua itu sumbernya hanya satu kata, yaitu MALAS! Yak, benar, malas, ini adalah penyakit turun temurun sejak zaman nenek moyang dulu, dan sebuah penyakit yang sudah akrab dengan masyarakat di daerah saya, atau Negara saya, mungkin. Oke, karena kesibukan kalian sebagai mahasiswa, kalian melupakan apa itu belajar, atau lebih tepatnya malas untuk belajar. Oke, karena kesibukan kalian sebagai mahasiswa, kalian melupakan apa itu belajar.
Ada sebuah solusi sebenarnya atas semua masalah-masalah diatas, yaitu meng-handle waktu kita. Ada seorang dosen berkata bagus bila anda aktif di organisasi, tapi jangan lupakan tugas utama kalian sebagai mahasiswa, karena itu anda harus mempunyai waktu untuk dirimu sendiri. Mungkin itu cara ekstrem, jadi oke kita aktif di kegiatan kampus, tapi kita harus tahu kapan kita berhenti dan memulai sebuah waktu untuk diri kita sendiri. Atau bisa, kita harus berkorban, kita hentikan atau tak kita ikuti salah satu kegiatan dan waktu yang ada kita gunakan untuk belajar. Kalau mau juga, kita bisa belajar setelah semua kegiatan yang kita lalui selesai. Yah, papun itu caranya, sebagai seorang mahasiswa kita harus bisa meng-handle waktu agar kita bisa belajar dan siap jauh sebelum hari ujian itu dating dan menghentikan nyanyian materi itu. Semua pilihan ada konsekuensi, dan kita sebagai seorang manusia harus siap dan menghadapi konsekuensi tersebut.
suasana kelas
Tulisan ini saya buat bukan hanya untuk mengingatkan anda-anda yang membaca, tapi juga untuk mengingatkan saya. Marilah kita bersama-sama merubah dan mengambil jalan terbaik untuk setiap langkah kaki kita.

Lantai 3, 10 menit sebelum responsi, 24 Mei 2013

Cipta Swastika

ini Fanka
Saya dan adik saya, Fanka, terpaut 12 tahun. Sekarang dia kelas 2 SD, umurnya sekitar 8 tahun. Masih kecil kan? Sebagai anak kecil, dia sering sekali bermain, biasanya bersama teman-teman sebayanya, namun tak jarang juga bersama kakaknya, Aga. Kadang mereka berdua membuat sebuah hal-hal yang kreatif dan pasti lah ada pertengkaran juga.
Perawakan Fanka itu tubuhnya kecil dan kurus kerontang, kulitnya hitam, rambut hitam lurus, bermata besar. Sifatnya itu tak banyak omong, kreatif, pintar, manja, rapi (ini kalau lagi pengen aja sih, hehehe.), kadang-kadang menyebalkan, dan penakut.
Dulu, Fanka waktu balita lucunya minta ampun dah. Pipinya yang temben, mata bulat besar,rambut lurus dan berponi, kulit agak putih, dan tentnuya gendut. Hamper mirip aktris cilik, Baim, kalau menurut saya. Gemas kalau saya melihatnya.
ini fanka yang dulu, lucu kan?
sekarang udah nakal kan?

Fanka ini kreatif, kenapa saya menyebutnya kreatif? Karena dia, sebagai anak kecil bisa membuat mainan dari barang bekas, seperti pesawat. Yah, walaupun bentuknya tidak bisa terbang dan bentuknya hampir tidak menyerupai pesawat sih, haha. Selain pesawat, baru-baru ini, dia membuat ‘markas’ dari kardus kulkas. Saya tak tahu dia mendapatkan itu kardus dari mana, hahaha. Markasnya berbentuk balok (ya iyalah, kardusnya aja bentiknya balok! -__-), ada jendela dan pintunya, ada gabus berbentuk pistol diatasnya, mungkin sebagai pertahanan diri. Terdapat juga tulisan “ini rumah Fanka, orang lain dilarang masuk!” ditulis dengan spidol dan tulisannya itu harus benar-benar dilihat dari dekat, agar bisa dibaca. Saya tak tahu, isi bagian dalamnya apa, karena masuk saja saya tak muat, hahaha.
Pernah suatu ketika, dia dan Aga membuat bendungan dengan cara membuat aliran air sejenis sungai di tanah lalu dilebarkan dan ujungnya ditutp dengan batu bata. Saya lupa pastinya bagaimana, karena itu sudah lama sekali dan dulu waktu pertama kali melihat bendungan itu, saya sedikit terpesona (nggak tahu mereka yang terlalu kreatif atau saya yang tidak kreatif, haha.). masih banyak hal-hal kreatif yang dia buat. Alat-alat yang ada dirumah dibuat sesuatu yanmg bisa dimainkan olehnya, tanpa peduli itu masih bisa dipakai atau rusak.

udah narsis kan?
Fanka selalu membuat mainan bila tidak ada teman yang bisa diajak bermain atau sedang sendiri, biasanya dia hanya diam, tak banyak omong. Tahu-tahu dia sudah berlarian kesana kemari mencari sesuatu. Selama dia mencari sesuatu, tak banyak tanya anak ini, hanya sendiri dan asyik dengan pekerjaannya, tahu-tahu dia sudah membuat sesuatu.
Oke, dulu dia pintar, namun sekarang tak tahu masih pintar atau enggak. Yang jelas, untuk masalah nilai, jelas lebih diatas jauh bila dibandingkan kakanya , Aga. Hem, namun lebih pintar saya daripada Fanka, hahaha. Sekarang semua berubah 180 derajat. Karena malas, dia tidak bisa perkalian dan pembagian, ampun dah!. Sekarang dia juga malas untuk bersekolah, mungkin karena kakak-kakaknya sering libur dan dia iri. Kalau disuruh bangun tidur dan mandi itu susahnya minta ampun, harus dimarahi dulu, baru bisa gerak, itu pun lelet. Belajar pun malas, pengennya main, maklumlah masih anak kecil, tapi kata orang tua kalau malas belajar besok mau jadi apa? Jadi orang yang berguna bagi bangsa dan Negara, kakak!. Selain malas, dia juga manja, apa-apa pinginnya dituruti, seperti makanan, kalau makanan yang dia inginkan tidak ada, mending tidak makan. Dia juga masih disuapin dan kalau tidak disuapin juga tidak makan, itulah prinsipnya. Lalu kalau makan, beuh! Lamanya minta ampun, sekitar 1 jam, seperti menunggu kereta saja -__- .
mau kayak iron man, tapi gagal.


Yah, secara keseluruhan mungkin seperti itu adik saya. Suka berdebat hal-hal kecil dan tidak penting dengan Aga hingga ada acara pukul-pukulan serta nangis-nangisan (namanya juga anak laki-laki). Fanka itu, kalau saya lihat waktu bermain, seperti pemimpin di antara teman-temannya. Peraturan yang dia buat selalu dipatuhi oleh teman-temannya. Dia juga sering dimintai pendapat oleh teman-temannya, pendapat anak kecil pastinya. Saat dia berkata A, teman-temannya melakukan A, hampir semua yang dia perintahkan, selalu dipatuhi dan dilaksanakan.
Menurut saya sih, dia orang teknik dan cocok bila kuliahnya di Fakultas Teknik dan menjadi engineer. Didukung dengan sifatnya yang pendiam, suka bekerja sendiri, kreatif, suka mengotak-atik sesuatu dan juga suka melakukan hal-hal konyol sih. Yah, seperti itulah adik saya, Fanka.

Atas rumah, 24 Mei 2013

Cipta Swastika


Malam ini, saya belajar mengenai praktikum Tata Letak Penanganan Bahan, karean esoknya ada responsi mengenai materi praktikum tersebut. Jujur saya tak tahu apa yang harus saya pelajari.
Eh, ini responsi, apa sih yang harus dipelajari? Nggak dong nih.
Ya, saya bingung mengenai materi yang harus dipelajari itu apa? Banyak alasan yang memvbuat saya bingung. Pertama, praktikum ini sifatnya kelompok dan objek yang diteliti tiap kelompok berbeda-beda tiap kelompok, ada yang pabrik roti, pabrik bakpia, pabrik yangko, dll. Ke semua objek tersebut memliki karakteristik yang berbeda-beda, stasiun, bahan yang digunakan, produk yang dihasilkan, alat yang digunakan, stasiunnya, luas ruangan, dan masih banyak lagi. Dan di praktikum tata letak penganganan bahan ini, praktikan harus bisa menganalisis dan mengevaluasi objek yang diteliti, mulai dari mengukur lebar gang, luas ruangan, fasilitas pabrik, luas tumpukan bahan, dll. Data yang didapat, nantinya dianalisis dan dievaluasi untuk nantinya dipakai untuk membuat tata letak baru dengan berpusat pada konsep ergonomi, yah, kalau menurut saya konsep yang efisien dan efektif sih. Dan itu dibahas di pembahasan.
Apa yang dibahas pada pembahasan di laporan praktikum itu, tak semuanya melulu teori, harus ada praktisnya atau kenyataannya, karena ini melibatkan objek tersebut. Apakah objek tersebut setuju dengan hasil yang kita buat? Bukan rahasia lagi, teori, kebayakan tak seuai dengan kenyataannya, atau berbenturan. Objek yang diteliti bisa saja menolak dengan alasan memakan biaya yang besar. Kebanyakan teori hanya melihat tentang yang baik saja dan tidak memikirkan apakah itu bisa diterapkan di kenyataan atau tidak, contohnya teori-teori fisika.
Yang kedua, ini pertama kalinya ada responsi di praktilkum ini. sebelum-sebelumnya, diadakan presentasi mengenai hasil yang didapat selama praktikum. Nah, ini yang membuat saya tak punya gambaran mengenai responsi parktikum ini dan membuat saya bingung.
Praktikum itu, mempraktekkan teori yang dipelajari di jam kuliah dan menerapkannya di kenyataan dan melihat apakah teori tersebut bisa diterapkan atau tidak.seperti yang saya katakana diatas, kebanyakan teori itu tidak sesuai bila diterapkan di dunia nyata. Untuk itu, kita harus bisa memilah-milah teori apa saja yang bisa dipakai di suatu masalah di dunia nyata dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari teori-teori yang tersebar di dunia.
Responsi itu ujian untuk mengetahui apakah praktikan sudah memahami mengenai praktikum yang sudah dilakukan atau belum. Dan mengenai ‘memahami’, itu sudah ada di pembahasan. Dalam praktikum ini, objek yang diteliti, sekali lagi nyata, dan hasil yang didapat harus dapat dipertanggung jawabkan kepada semua pihak. Dalam artian begini, hasil dari praktikum ini harus bisa melihat dari dua sudut pandang, teori dan praktik atau kenyataan. Hasil harus bisa dipertanggung jawabkan kepada dosen, apakah seusai dengan teori ? Dan harus bisa dipertanggung jawabkan kepada objek, apakah hasil bisa membuat objek lebih maju dan sukses?. Saya tak ingin disebut sebagai tukang teori. O;leh karena itu, hasil yang didapatkan harus bisa merangkaul dua sudut pandang yang berbeda tersebut. Bukan tidak mungkin, dosen setuju, karena teori sudah benar, namun objek menolak karena ini memakan biaya besar dan alasan-alasan lain yang ada di kenyataan. Oleh sebab itu, hasil yang didapat harus diberi penjelasan, mengapa kita memilih hasil ini.
Responsi itu sekali ujian. Kita tahu, bahwa ujian hanya ada dua jawaban, benar atau salah. Nah, ini alasan yang ketiga. Dari penjelasan diatas, hasil yang didapat di praktikum ini harus bisa dipertanggung jawabkan kepada semua pihak. Tentu dalam perjalananya terdapat pro dan kontra, dan kita harus bisa menjelaskan alasan-alasan mengapa kita menghasilkan hasil tersebut. Tak ada yang benar dan salah, semua tergantung susut pandang orang yang melihatnya.
Nah, disini saya yang bingung, pemahaman mengenai suatu praktikum bisa dilihat di pembahasan tiap laporan. Bila pembahasan tiap kelompok berebda-beda dikarenakan objek yang juga berbeda, masak iya soalnya berbeda? Ceneh, asistennya selo banget bikin soal yang banyak terus beda-beda? Kagak kan? Nah kalau itu gak mungkin, masak iya soal responsinya teori semua? Sama aja bohong nih? Kalaupun mau membuat responsi, soal yang cocok itu studi kasus, dan studi kasus itu lebih tepat ‘keluar’ di soal ujian kuliah. Nanti bila seperti itu, hasil yang kita dapat mau diapain? Bagaimana kita bisa menjelaskan kepada orang-orang mengapa kita mebuat hasil seperti ini? apa saja alasannya? Dan hasil tersebut harus bisa dipertanggung jawabkan dan mempertanggung jawabkan dengan cara kita mempresentasikan hasil yang kita buat. Marilah kita kaji ulang apa definisi mengenai praktikum dan responsi. Bila sudah dikaji, apakah responsi sesuai dan bisa diterapkan pada praktikum ini? menurut saya, praktikum ini lebih cocok dengan presentasi sebagai alat apakah kita sudah memahami materi praktikum ini atau belum dengan melihat hasil yang dibuat serta penjelasannya.
Yah, ini hanya pandangan saya, taka da maksud menyerang atau apalah itu. Pembaca boleh setuju atau tidak. Tak ada yang salah atau benar, tergantung kita menyikapinya. Tapi satu yang pasti, mari kita nikmati saja semua ini, tidak usah ngedumel, marah-marah dan lainnya, cukup senyum sajalah, bila semua kita nikmati, akhirnya pasti indah kok, semoga. Hahaha, oke? :)

Atas rumah, 23 Mei 2013

Cipta Swastika
Ayo metu Mas.”
Neng ndi? Piye nek nonton jazz neng Kompas cerak SMA 3?”
Oke, ayo mangkat.”

Itulah sedikit SMS antara saya dan Mas Dimas atau biasa dipanggil Coach, kakak angkatan 2009. Malam ini, malam senin, saya yang sedang selo abis, akan menonton acara music jazz. Acara ini berjudul “Jazz Mben Malem Senen.” Yang diadakan di gedung kompas di daerah Kota Baru. Acara ini adalah acara music jazz kecil-kecilan yang dibintang tamui oleh komunitas jazz Yogyakarta. Acara ini seru sekali, dan ditambah duo MC yang koplak abis.
 
itu duo MC-nya.
Perjalanan mala mini dimulai pada saat aku ke rumah Coach. Sampai di depan rumahnya, ternyata Coach udah diatas motor yang menyalakan dan langsung saja kita cusss ke TKP. Sesampainya di TKP, ternyata acara sudah dimulai, langsung saja kita mencari tempat duduk kosong di tempat yang sudah disiapkan.
 
ini nih tempatnya
Penampilan pertama adalah seorang gadis kecil bersama teman-teman sebayanya memainkan music jazz yang lembut dan mengalun pelan. Gadis itu memainkan alat musik saxophone, ditemani temannya yang memainkan piano dan drum. Setelah gadis dan teman-temannya selesai membawakan sekitar 2-3 lagu, muncullah duo MC yang koplak, biasa untuk gojegan sama bercangkem ria, hahaha. Lalu band selanjutnya tampil dengan membawakan musik yang pelan serta ada hentakan sedikit di tengah-tengah alunan musiknya, dan jenis musik jazz yang dimainkan ini sepertinya cocok untuk teman tidur, hahaha.


Ada 6 penampilan, kurang lebih sih, dengan karakteristik musik jazz yang berbeda-beda, mulai dari ritmenya yang cepat dan menghentak hingga ritmenya yang lambat dan pelan. Namun, keseluruhan, musik-musik yang dimainkan sangat menyenangkan dan membuat telinga bahagia. Karena terpengaruh alunan musik yang merdu dan indah, kepala serta kaki saya reflex bergerak mengikuti alunan lagu yang dimainkan.

salah satu penampilannya
 
ada panggungnya
Walaupun acara kecil-kecilan, acara ini sungguh bagus dan amat sangat menyenangkan bila disimak. Saya menyarankan untuk sesekali melihtanya. Malam Senin ini, saya habiskan dengan menikmati alunan music jazz yang merdu, indah, dan menyenangkan untuk dinikmati di“Jazz Mben Malem Senen.” Hingga datangnya Hari Selasa.



Waktu sedang mengikuti kuliah, banyak sekali hal-hal yang dilakukan oleh mahasiswa, mulai dari memperhatikan dan mendengarkan dengan khidmat apa yang di sampai oleh dosen hingga melakukan hal-hal konyol sembari mengisi waktu hingga kuliah selesai. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan mahasiswa untuk mengisi “waktu luang” mereka, antara lain ngobrol dengan teman di sebelahnya, menggambar sesuatu yang rumit, mendengarkan musik, tidur, hingga bernyanyi gak ceto, hahaha.

Angkatan saya sendiri tidak berbeda jauh dengan mahasiswa-mahasiswa lain. Ada yang sedang ngobrol nggak ceto sampai ketawa cekikikan karena kekonyolan mereka, membaca komik, hingga bermain laptop.

Tulisan ini saya buat saat sedang kuliah Teknik Tata Cara Kerja, yang mana sedang presentasi tentang materi kuliah itu. Berikut foto-foto yang berhasil saya ambil, mari dilihat.

ini namanya Danyog, sedang tidur pulas waktu kuliah MSDM, hehhe.
 
Ini Bayu lagi garap laporan pemasaran yang dikumpul satu jam lagi, katanya sih, laporannya masih 0%.

suasana kuliahnya ni... :)

nah, ini mahasiswa lagi nggambar pas kuliah.

Avis lagi bergaya sangar ni.

rebutan absen, kayak rebutan sembako aja ya? hahaha.

ada yang pacaran juga lo.  


kelakuan konyol Agung dan Iqbal Cacar.



 
Jum’at siang, tanggal 10 Mei 2013, saya terbangun karena sebuah SMS. Langsung saya lihat SMS tersebut, ternyata dari Mas Hamdan, tetangga saya. Dia mengajak saya ke Gunung Kelir dalam acara “Ngopi Kere”. Saya pun langsung melihat jadwal saya dan ternyata kosong. Saya pun langsung menjawab iya dan mengatakan berangkat jam setengah 2 siang.
Karena ada rapat di kampus, saya pun langsung ke kampus dan jum’atan di kampus. Jam 1 siang, saya pulang ke rumah dan sampai dirumah jam setengah 2 siang, maklum, rumah dan kampus saya jauh, sekitar 10 Kilo meter. Sampai dirumah, saya mengabari Mas hamdan bahwa saya sudah dirumah.
Langsung siap-siap dan cusss….”, jawab Mas Hamdan melalui SMS.
oke, tapi aku tak makan dulu om.”
oke siip!”
Namun, bukannya makan, saya justru membaca komik yang saya pinjam hingga jam 2 siang. Setelah itu saya memasak lauk karena di rumah tidak ada lauk. Jam setengah 3 siang, saya selesai makan dan siap-siap ke rumah Mas Hamdan.
Sampai dirumah Mas Hamdan, kiat langsung berangkat. Dimulailah perjalanan panjang dan berat dari timur Yogyakarta hingga barat Yogyakarta dan kita pun membelah Kota Yogyakarta! Great nggak itu brooo?. Perjalanan ini ditambah special dengan Vario super tangguh milik Mas Hamdan. Kenapa super tangguh? Ya karena Vario ini mampu membawa beban yang amat super berat, yaitu saya! Hahaha, great! Joosss!. Perjalanan ditambah begitu Wow karena metode mengendarai kendaraan Mas Hamdan itu seperti Valentino Rossi. Cepat dan meliuk-liuk di tengah kepadatan lalu lintas Kota Yogyakarta.

Tuhan, tolonglah kami, selamatkan kami sampai tujuan.

Singkat cerita, kita sudah sampai di kaki Pegunungan Menoreh dan dismabut dengan pemandangan yang indah dan menyejukkan mata. Namun ditengah keindahan tersebut, didepan sana menanti medan berat yang harus kita lewati bersama Vario super tabgguh yang kami naiki ini untuk sampai ke tempat tujuan. Medannya sungguh berat, Bung! Karena kemiringan jalan yang sekitar 50 derajat!.

 pemandangan selama perjalanan

Karena kemiringan yang curam itu, saya harus berjalan kaki karena Vario super tangguhnya sudah mencapai batas maksimal. Yah, jujur, walaupun mendaki sekitar 100 meter, samapi diatas, kepala saya nggliyeng dan hampir terjungkal ke belakang, pandangan mata kabur dan berputar, kaki rasanya hendak copot, keringat bercucuran dengan deras, nafas tersengal- sengal, rasanya seperti habis lari sekitar 10 Kilo meter, Brooo!. Seperti itulah yang saya rasakan sehabis mendaki jalan curam itu.
Di perjalanan yang berat ini, kita disuguhi pemdangan yang menarik dan menyejukkan mata, selain pemadangan kaki Pegunungan Menoreh, ada juga pemandangan hutan karet yang asri.


medan dan pemadangannya :)

Akhirnya, setelah melalui medan yang berat, jam 4 sore, kita sampai di lokasi “Ngopi Kere”.“Ngopi Kere” adalah sebuah acara kumpul-kumpul dan bercengkrama seluruh blogger, penulis di seluruh Indonesia sambil menikmati kehangatan dan pait-nya secangkir kopi. Tidak ada undangan, dan siapa pun yang ingin datang, monggo mawon. Banyak penulis dan blogger yang datang, seperti Profijo, Matahari Timoer, Daeng Marewa, dan penulis Detik.com.
Karena di namanya ada kata-kata “kopi”, maka ada banyak sekali kopi dari seluruh nusantara, mulai dari Aceh di barat jauh sana hingga Papua di timur sana. Saya pun heran, karena kopi yang ada di “Ngopi Kere” ini kopi-kopi yang amat mahal dan sulit didapatkan!
Malam menjelang, dan karena waktu jualah, saya dan Mas Hamdan harus “turun” dan kembali ke “peradaban” padahal para “master-master” penulis baru saja dating dan hendak “naik”. Sedikit kecewa juga saya, karena tidak bisa menimba ilmu yang banyak dari acara ini, namun saya bersyukur karena sudah diberi kesempatan bertatap muka dengan para blogger dan penulisdan menikmati secangkir Kopi Papua yang rasanya Wow dan pahit yang masih tertinggal lama di lidah.

Di perjalanan pulang, kita memperdebatkan konsep acara yang tidak sesuai dengan namanya, Ngopi Kere, karena kopi-kopi yang ada dari berbagai daerah di nusantara dan tergolong kopi mahal.
Saya beruntung meluangkan waktu dan berhenti sejenak memikirkan kepenatan rutinitas sehari-hari di “Ngopi Kere”. Sebuah liburan yang menyenangkan dan bermanfaat, walaupun hanya sebentar. :)

Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home