Aku akan merindukanmu
Walau sangat singkat, engkau telah merebut hatiku
Dengan semua yang engkau miliki
Kicauan burung di pagi hari
Sejuknya hawa pegunungan
Hamparan kopi yang hijau
Jalan yang terjal
Harumnya bunga kopi
Wanginya kopi yang di sangrai
Nikmat dan pahitnya kopi
Dinginnya malam yang selalu berhasil membuatku meringkuk di bawah selimut
Keramahan masyarakat yang selalu berkata “Ayo mampir mas”, “Makan disini dulu mas”
Keceriaan dan kejahilan anak-anak
Semuanya akan selalu terkenang di hati








Aku berharap, ini bukan terakhir kali kita bersua
Aku ingin kembali lagi
Ke tempat ini, Gunung Kelir
Menikmati harmoni indah yang kau miliki
Denganmu, disampingku
Yang selalu menunggu kedatanganku











Jeruk Wangi,  27 Agustus 2014

Cipta Swastika
Hei, saya kembali lagi nih, hehe. Mau meneruskan “Catatan Di Surabaya” yang sudah saya buat jauh-jauh hari kemarin *jauh-jauh hari apamu? Udah lama bangeeett!*. Yep, gak usah pake fafifu, langsung aja.

Stasiun Surabaya Gubeng, Surabaya, 15:02

Narsis dulu lah
Hari ini hari Senin. Waktunya untuk kembali ke kota tercinta, Jogja!, yey! Naik Kereta Api Sancaka Sore *baru pertama kali naik kereta eksekutif nih* yang rencananya berangkat jam 15:45 WIB. Saya sudah berada di Stasiun Surabaya Gubeng sembari menikmati segelas kopi hasil beli di minimarket yang ada di stasiun. Di smoking area yang terletak di pojok stasiun, saya berusaha untuk menuliskan kegiatan saya hari yang spertinya datar-datar saja.
Aku ingin menjadi sebuah pohon
Bukan karena tak bisa beranjak
Tapi karena ingin memberikan kesejukan, keteduhan bagi orang sekitar

Aku ingin menjadi burung gagak
Bukan karena tak diinginkan
Melainkan ingin terbang bebas di langit luas
Tanpa terkurung di sangkar emas

Aku ingin menjadi sebuah stasiun
Bukan karena hanya bisa menerima dan melepas kereta-kereta yang ada
Tapi karena ingin memberikan tempat istirahat bagi kereta yang lelah

Aku tak ingin menjadi malam
Karena kita banyak menangis kepada malam
Hanya kegelapan yang malam bawa
Tanpa ada cahaya

Aku ingin keluar dari malam



Halo sobat. Apa kabar? Baik-baik aja kan? Masih mau baca tulisan di blogku gak ni? Hehehe. Saya hanya ingin menceritakan apa yang saya alami hari ini. Bacalah kalau ada waktu sempat *enggakkk adaaa, Ndut*.

Walau kantuk mulai merambati, saya tetap berusaha membuat tulisan ini. Jadi maaf sajalah kalau agak jelek *emangnya pernah nulis tulisan bagus?*, sedikit dan tak terarah.

Untuk Nadia
Wanita yang lagi galau tingkat tinggi dan akut. Semoga terhibur membaca tulisan ini. Terima kasih. Cepat move up ya J

Jadi gini, ceritanya hari ini, saya diajak temen saya yang lagi galau tingkat tinggi, Nadia, pergi ke suatu tempat yang katanya tak boleh ada yang tahu setelah mengerjakan General Test secara berjama’ah. Pikiran saya melayang jauh ke tempat antah berantah dan sebuah imajinasi jelek merambati otak saya *emang situ punya otak?*. berkatalah otak saya bahwa saya akan dimakan Nadia!. Oh, tidak!. Keringat dingin mulai menjalari tubuh saya dan membayangkan tubuh saya dimutilasi dan tangan saya dimakan Nadia. Oke, saya tahu itu lebay dan garing #okesip.

Nah, setelah saya dan teman-teman saya mengerjakan General Test secara berjama’ah dengan bantuan Guru Besar Robbi, pukul 16.00 WIB saya dan Nadia berangkat ke tempat yang akan dituju. Karena langit sore terlihat gelap dan hujan turun secara tidak konsisten, kadang hujan kadang terang, kami ragu-ragu untuk berangkat. Namun karena keinginan sang wanita galau yang kuat, akhirnya kami berangkat menembus hujan. Yeah, hujan-hujanan!. Selama di perjalanan saya memikirkan kejadian terburuk!. Dimakan!. Salip kanan salip kiri, pelan cepat, berhenti jalan (Jogja sekarang udah macet, Bro.) kamipun sampai di TKP. Saya lupa namanya, kalau tidak salah “Yayasan Sayap Ibu” *tenane?| yo ra ngerti sih*.

Tempat apa ini? kok ada kata-kata ibu dan anak? Apa si Nadia …….

Itulah yang saya pikirkan selama memasuki ruangan demi ruangan di gedung yayasan ini. dan semua pertanyaan-pertanyaan dan pikiran buruk yang saling silih berganti memenuhi otak saya hilang, Bagai awan gelap yang hilang setelah terkena cahaya matahari *lebay, Ndut*, setelah melihat banyak anak kecil yang kaget di kasur mereka saat melihat seseorang tinggi besar masuk.

Ini manusia apa genderuwo?
Mungkin itulah yang dipikirkan mereka.

Terima kasih
Telah membuahi kami
Hingga kami ada di dunia ini
Meski engkau tak mengaharapkan kami
Ayahanda

Terima kasih
Telah membawa kami ke dunia ini
Walau bukan dalam keadaan yang semestinya
Meski engkau tak menginginkan kami
Ibunda

Terima kasih
Telah memberikan kami kehidupan
Walau kami enggan menerima kehidupan
Kami percaya dapat menjalaninya
Tuhan

Terima kasih
Kami akan menjalani kehidupan dengan bahagia
Walau kami tak mengenal kasih sayang sejak kami ada
Kami akan selalu tegar dan tersenyum
Terima kasih
Ibunda, ayahanda
Selamat menikmati masa muda kalian
Kami disini bahagia
Meski tanpa kasih sayang kalian

Terima kasih


Selamat datang Malam
Selamat datang Dinda
Silahkan Malam
Silahkan Dinda
Silahkan masuk di ruang depan

Hei, Malam
Hei, Dinda
Siapakah yang bersamamu itu?
Kenangan-kah namanya?

Hei, Kenangan
Sepertinya kita sudah sering berbincang bukan?

Halo Air mata
Kenapa datang tiba-tiba?
Marilah duduk disini
Kita berbincang-bincang dengan Malam, Dinda dan Kenangan

Selamat datang Malam
Selamat datang Ibunda
Silahkan Malam
Silahkan Ibunda
Silahkan masuk di ruang terdalam

Hei, Malam
Apa kabar Ibunda?
Perkenalkan, Rindu namanya

Ah, Air mata
Sudah didepan pintu rupanya kau
Rupanya engkau membawa teman yang banyak
Silahkan duduk

Hei, Malam
Aku ingin menitipkan Rindu
Agar Rindu dapat selalu menyentuh Ibunda
Hanya lewat dirimu kusampaikan Rinduku, Malam.



Halo, saya kemabli lagi!! Penasaran ya sama kelanjutan cerita perjalanan saya di surabaya?

Enggak kok dit, sotoy kamu tu.

Hehe, ya maap. Oke, kali ini saya akan berusaha menceritakan kelanjutannya. Mari disimak :)

Warung pinggir jalan, Jl. A.Yani Pukul 15.28 WIB.
Jalan Ketintang Baru
Hari ini, hari Sabtu. Seperti biasa, saya bangun terlalu siang. Tahu sendiri kan, jam biologis mahasiswa pasti berubah? Pukul 03.00 lebih baru bisa tidur. Jadi begini lah, tak bisa merasakan hangatnya sinar mentari pagi. Bangun tidur, saya tidak tahu harus berbuat apa, tapi yang jelas, isi perut meminta pergi.
Pukul 15.00 Wib, setelah puas bermain laptop, saya berencana jalan-jalan keluar menikmati suasana Kota Surabaya. saya langsung mandi dan bersiap-siap tentunya tak lupa meminta restu dari tante saya untuk jalan-jalan keluar lewat sms.

“Tante, aku jalan-jalan keluar dulu ya”
Yang seharusnya dekat justru jauh
Tak peduli, tak membawa sedikitpun harapan
Yang seharusnya jauh justru sedikit dekat
Sesekali membawa secuil harapan
Yang tak nyata justru sangat dekat
Sangat dekat, hingga sewaktu-waktu dapat membawa nyawa ini
Terminal Purabaya, pukul 08:17 WIB

Halo semuanya…

Akhirnya saya sudah tiba di Terminal Purabaya, Sidoarjo. Yah, terminal ini memang berada di Sidoarjo, namun pengelolaannya dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Terminal Purabaya menurut saya besar dan tertata sedikit rapi, namun amat sangat kotor. Itu menurut saya lho. Memang di sediakan tempat sampah, namun mungkin belum banyak dan tidak dimanfaatkan 100%.

Hari jum’at saya sudah sampai di terminal, boleh dikatakan Surabaya dengan sehat walafiat tidak kurang apapun. Selama perjalanan saya tidur dengan nyenyaknya, haha. Karena malam hari, jarang ada pemandangan yang dapat dilihat, hanya ada cahaya lampu-lampu jalan, cahaya lampu kota dan kegelapan hutan. Hahaha. Karena itu, lebih baik saya memilih tindakan bobo cantik, hehe. Yah, walaupun saya tidur, sesekali saya terbangun karena hentakan bis yang dibuat sopir amat sangat keras waktu menyalip kendaraan lain serta hampir saja bis saya terguling di daerah Ngawi (mungkin) karena menyalip truck pada saat tikungan dengan kecepatan tinggi dan jalan yang tidak bagus. Tapi yah, itulah bis Surabaya-Yogya, jadi nikmati saja perjalanannya dan pastinya saya banyak dapat pahala karena sepanjang perjalanan saya berdoa kepada Tuhan agar saya selamat. Berdoa dalam keadaan bangun maupun di alam mimpi, hehe.

Halo. Apa kabar? Baik kan? Oke, saya akan menulis catatan perjalanan saya selama di Surabaya, yah walaupun tidak ada yang menarik sih, hahaha, tapi saya akan berusaha mencoba menulisnya.
Oke, entah mengapa saya ingin sekali ke Surabaya, mungkin karena ingin menjemput atau lebih tepatnya mengambil kenangan saya yang tertinggal di kota itu. Kenangan yang amat sangat saya rasa penting. Hem, entahlah kenangan apa itu dan walaupun saya tahu, tak akan saya tuliskan disini, hahaha.

Oke, mulai saja…….

Bus Eka, Pukul 01.49 WIB
Sippp, saya sedang dalam perjalanan ke kota pahlawan, Surabaya nih, yey! Tepatnya tanggal 30 Januari. Saya berangkat pukul 00.00 WIB dari Terminal Giwangan. Saya berangkat menggunakan bis Eka yang terkenal cepat tapi nyaman itu (walaupun sedikit sih, hehehe). Saya berangkat tengah malam karena berharap sampai Terminal Purabaya pagi. Sedikit info saja Yogyakarta-Surabaya menggunakan bis dapat ditempuh dengan 8 jam perjalanan, jadi yah bisa dihitung sendiri lah berangkat pukul berapa, sampai tujuan pukul berapa, hahaha.

Mari flashback, hahaha. Sore hari saya masih di kantin kampus ngobrol ngalur-ngidul gak jelas dengan kakak-kakak angkatan saya dari pukul 11.00 mungkin hingga pukul 16.00 mungkin. Maklumlah, tidak melihat jam, hehehe.  Dalam kondisi mengantuk berat karena dari hari Rabu malam saya belum tidur, saya tetap bertahan dalam perbincangan sore hari itu sembari menunggu langit berhenti mengirimkan air ke bumi. Mengobrol dengan alumni yang ternyata satu alumnus SMP (SMP 5 brooo, hehehe), membuka kenangan masa lalu yang tak pernah habis-habisnya itu membuat kantuk saya sedikit berkurang. Kami saling membagi kenangan tentang SMP, guru, kelas, dan tetek-bengek lainnya. Lama juga kami mengobrol dan langit sudah berhenti menumpahkan airnya, saya undur diri untuk pulang.

Next PostNewer Posts Previous PostOlder Posts Home